Senin, 16 September 2013

Suka Penceramah yang Lucu



Akhir-akhir ini ada kecenderungan para pendengar atau pemirsa menyukai penceramah agama yang banyak humor. Jika seseorang punya hajat, maka yang dipanggil ustad yang lucu. Ustad yang bisa mendatangkan gelak ketawa. Gejala apa ini? Apa karena sekarang ini banyak orang yang stress? Atau butuh hiburan? Atau fenomena apa ini? Sekarang ini, banyak dicari ustad yang demikian. Jika anda seorang penceramah yang lucu barangkali anda akan dapat order yang banyak. Anda akan sibuk dari satu acara ke acara yang lain. Jika anda seorang penceramah yang tidak ada humornya barangkali kurang  diminati. Melihat permintaan konsumen akan yang lucu-lucu itu, membuat para penceramah pun mencoba memberi selingan segar. Kalau hanya selingan saja sich oke-oke saja. Tapi yang diminta adalah ustad yang sering humor sepanjang sebagian besar ceramah.
Humor sepanjang hanya sebagai selingan, dimana diperkirakan pendengar sudah mulai kurang konsentrasi memang oke-oke saja. Tentu saja ada syaratnya,  seperti humor itu relevan dengan isi ceramah, isi humor itu benar menurut syar’i, tidak terlalu sering. Humor yang dilakukan sembarangan dan terlalu sering akan membuat isi ceramah kurang diperhatikan dan kurang tertanam dalam sanubari pendengar. Yang diingat adalah humornya. Tentu saja hal ini telah melenceng dari tujuan ceramah itu sendiri, yang biasanya berisi peringatan, anjuran, pengetahuan agama dalam rangka meningkatkan iman kepada Allah. Tentu saja cara ini dapat menghilangkan pahala dan hikmah yang seharusnya diperoleh. Lalu, bisa jadi tujuan mengundang ustad sudah bergeser yaitu hanya mendapatkan hiburan. Lah, kalau ini tujuannya jangan dong undang ustad, tapi undang penghumor saja.
Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan oleh para ustad agar isi materinya menarik dan tertanam dalam hati pendengar. Saya berpikir sebaiknya para penceramah mencoba mendalami berbagai metode ceramah agar para pendengar tertarik sepanjang ceramah dan isi ceramah benar-benar tertanam di hati dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Memang tidak mudah. Salah satu cara agar pendengar tetap setia adalah dengan memberikan materi ceramah sesuai dengan kebutuhan pendengar. Jadi, ada baiknya sang penceramah survei terlebih dahulu tentang calon pendengar ceramahnya. Dengan cara ini, diharapkan penceramah mendapat gambaran yang tepat. Berdasarkan hal itu, maka penceramah memilih isi materi dan metode penyampaian yang tepat. Jangan sampai menjadi ustad dengan materi yang baku. Kemana-mana materinya sama saja tanpa ada perubahan, tanpa tahu apa yang dibutuhkan oleh pendengar. Yang penting bisa membuat pendengar tertawa terbahak-bahak. Jangan-jangan cara ini bukan saja menghilangkan pahala tapi malah mendapat dosa. Coba mari kita renungkan kembali kesukaan kita ini.

Sumber : uripsantoso.wordpress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar